Ad Code

Awal Babak Baru Menjadi Orangtua (bagian 1)

Selain ucapan syukur kepada Allah, rasanya tidak ada kata yang pantas gue dan istri gue ucapin. Usaha yang maksimal, doa yang maksimal, dan tentunya kepasrahan diri yang maksimal pula. Selama hampir 2 tahun gue dan istri harus menunggu sebuah karunia yang begitu besar diberikan oleh Allah. Dengan niat yang baik, gue akan memulai berbagi kisah perjalanan bagaimana tangisan seorang calon ibu yang dicibir kala itu, hingga tangisan bahagia seorang ayah ketika mengumandangkan lafadz terbaik yang dimiliki Sang Maha Pencipta.
babak baru menjadi orangtua
Siapa yang pengen punya buku ini? Ngacung!
(sumber: suara.com)
Gue sengaja membuat beberapa bagian atau episode dari artikel yang gue tulis, supaya tulisannya dapat dipahami teman-teman. Biar ngga ada salah paham, atau caci maki di belakang. Mending caci maki dari samping.

Kita lanjut ya. Di bagian pertama ini, gue akan bercerita tentang niat awal setelah menikah dan tidak menunda untuk punya keturunan. Buat teman-teman yang belum punya keturunan atau belum menikah, dengan adanya tulisan ini gue berharap bisa sedikit banyak membantu teman-teman. Entah hanya sekadar motivasi atau panduan, harapannnya bisa membantu deh pokoknya.

Jangan pernah membandingkan indikator kebahagiaan antarmanusia. Ngga tau kenapa, gue merasa bahagia ketika berhasil menyempurnakan setengah agama gue (baca: menikah) di usia yang bagi sebagian orang tergolong muda, 24 tahun. 
babak baru menjadi orang tua
Ini menurut gue yang namanya nikah muda
(sumber: okezone.com)
Sangat-sangat bersyukur bisa mendapatkan calon ibu untuk anak-anak gue yang menurut gue, ngga sempurna, yaps jauh dari kata sempurna, tapi bisa menentramkan hati. Percuma mencari manusia yang sempurna. Kalau mau cari yang sempurna, tanya ke Andra and The Backbone.

Kadang tuh masih ngga menyangka, dalam satu grup WA, yang baru nikah itu gue. Bahkan, pas awal-awal pindah di kantor sekarang ini, beberapa orang tuh mengira kalo gue belum nikah. Wajar sih, dan maklum. Yaudah lah ya, sekarang mah udah pada tau. Bahkan udah punya buntut.

Jadi tuh, gue nikah di tahun 2017. 


Nah, setelah menikah gue dan mantan pacar gue itu mutusin buat ngga nunda punya momongan. Kenapa? Ya ngapain nunda sih, mumpung masih sehat dan ada umur. Toh, kalo emang rejeki bakalan dikasih.
babak baru menjadi orangtua
Kalau bisa, jangan ditunda ya wankawan
(sumber: merdeka.com
FYI aja nih buat teman-teman. Gue dan istri gue itu dua-duanya bekerja. Gue sebagai buruh digital, istri sebagai tenaga pengajar di sekolah. 

“Istri ngga suruh berhenti Ted? Biar fokus ngurus rumah tangga gitu”

Lah…kalo itu gue lakuin, gue menentang pesan dari emak gue sendiri. Jadi tuh, emak gue pernah pesen, “Kalo nanti udah nikah, jangan suruh istri kamu berhenti kerja”

Nahloh….emak gue sendiri ngomong gitu. SIAP LAKSANAKAN…

Toh jadi guru enak kalo bagi perempuan mah…sebelum magrib udah di rumah. Bisa nyiapin teh anget campur madu dan makan malam buat suami. Pas suami sampe rumah tinggal nyeruput teh manis sambil memandang wajah istri deh. Sumpah…beda banget rasanya.
babak baru menjadi orangtua
Memandang wajah istri yang menentramkan hati
(sumber: dream.co.id)

Tapi, semua rasa manis itu runtuh perlahan-lahan setelah cibiran dan nyinyiran dari tetanggga sedikit demi sedikit mulai menghampiri di gendang telinga istri gue. Sejak kalimat-kalimat yang membuat goresan luka di hati istri gue, peran sebagai suami diuji untuk pertama kalinya.

- Bagaimana caranya menenangkan istri?
- Gimana caranya supaya rasa percaya dirinya timbul lagi?
- Omongan yang kayak gimana sampai ngebuat seorang wanita meneteskan air matanya?

Semua akan dijawab di bagian ke-2 nanti. Harap bersabar….

Terima kasih sudah mau membuang waktu kalian untuk membaca tulisan ini…
Reactions:

Posting Komentar

0 Komentar